Ini dibuat dari eyeliner :)
Kamis, 23 Agustus 2012
Kenapa ya?
Senin,
02 Juli 2012
Kenapa
ya gue itu susah banget buat bersosialisasi sama orang. Mau ngomong sama orang
aja rasanya takut banget. Bahkan buat sekedar nanya alamat, gue mesti lama
mikir. Kenapa ya? Apa emang udah bawaan watak gue?
Padahal
sebenernya gue pengen banget punya temen ngobrol, selain orang – orang yang gue
kenal disekolah. Gue juga pengen punya temen rumah. Tapi kenapa rasanya terlalu
susah ya?
Apa
karena gue terlalu minder? Tapi anak lain yang keadaannya tidak seberuntung gue
pede-pede aja.
Gue
udah coba cari tau sana sini, banyak membaca, banyak nonton tv supaya kalo gue
ketemu orang gue bisa ngobrol. Oke gue udah punya lumayan banyak info tapi
tetep aja pas gue mencoba ngobrol, gue selalu keabisan kata-kata.
Terus
gue mesti gimana? Sendirian itu membosankan, sendirian itu ga enak.
si Introvert
Tidak tahukah kalian betapa tersiksanya menjadi seorang introvert?
Begitu ingin bicara seperti orang ekstrovert tapi tertahan oleh segala
macam masalah.
Masalah yang tak pernah kalian pikirkan, masalah yang tak akan pernah
kalian ketahui.
Orang introvert tidak sanggup memberi tahu tapi orang ekstrovert tidak
mencari tahu.
Kalian hanya bisa mencibir, tanpa memahami kami. Well, memang tidak
sepenuhnya kalian juga sih tapi sekali-kali pahami kami. Kami selalu
mendengarkan kalian bicara. Apa kalian tidak bisa memahami kami?
Saat terpikir alasan
malu dan malas, Selasa 3 Juli 2012 19:24
28 Juni 2012
28 Juni 2012
Ini adalah hari terakhir sebelum mengambil buku
raport, buku penilaian persemester – 6 bulan –.
Karena ini adalah semester genap yang berarti akan ada
peningkatan/kenaikan kelas. Untuk bisa naik kelas, ada beberapa syarat
diantaranya : tidak boleh lebih dari 11 kali alfa dan izin, nilai kelakuan
minimal B dan tidak boleh lebih dari 3 pelajaran yang belum memenuhi standar
nilai. Apabila hanya 3 pelajaran saja yang mendapat masalah dan dua lainnya
tidak bermasalah maka tetap naik kelas tapi dengan syarat siswa harus
memperbaiki nilai – nilai tersebut di kelas selanjutnya.
Deg-degan
ga sih menjelang pengambilan raport?
Bagi yang ga punya masalah sih tentu biasa aja ya, ga
deg-degan sama sekali tapi yang bikin deg-degan pasti tentang peringkat. Nah
bagi yang punya masalah, peringkat sih ga masalah yang penting naek kelas. Ya
kan?
Oke
karena gue termasuk pihak yang ga deg-degan karena masalah naek kelas, jadi gue
akan mempermasalahkan tentang … peringkat !
Bukannya sombong, tapi gue emang sengaja mau nurunin
nilai-nilai gue supaya peringkat gue juga nurun. Kenapa?
Karena gue ngerasa gap pantes dengan posisi peringkat itu, ada siswa yang jauh lebih berhak
daripada gue. Gue sendiri engga ada apa-apanya dibanding dia. Tapi kenapa malah
gue yang dapet peringkat lebih tinggi. Ini engga adil, iya kan? Gue aja ngerasa
gitu, apalagi orang itu.
Disemester
dan ditahun ajaran kali ini gue berusaha belajar apa adanya. Engga lagi
nyontek, nyiapin contekan, ngebet buku, atau pun bergantung sama orang lain.
Tapi gue berusaha sendiri, ga lagi menggantungkan nilai gue. Gue pasrah nilai
gue, karena emang kemampuan gue Cuma segitu. Gue ga mau nyontek juga sebagai
tolak ukur kemampuan gue sebenernya sampe mana. Ternyata nilai gue pas-pasan
tapi itu murni hasil gue sendiri. Dan ternyata nilai gue ga selalu pas-pasan,
malah ada beberapa nilai yang lumayan. Ternyata gue mampu, tinggal guenya aja
yang berusaha.
Di saat
gue udah mulai berubah dan mencoba memercayakan kemampuan gue, orang-orang
disekitar gue masih seperti dulu. Kadang gue kesel, mereka bisa mendapatkan
nilai bagus padahal usaha mereka Cuma nyontek. Dan kenyataannya, yang dihargai
pengajar adalah siswa yang mempunyai nilai tinggi, tidak tahukah pengajar
bagaimana siswa bisa mendapat nilai itu?
Di saat
itu juga, prinsip gue mulai goyah “kalo begini terus –nilai pas-pasan–
bisa-bisa gue bakal hancur.” Tapi gue berusaha menyakinkan diri kalo pilihan
gue kali ini adalah yang terbaik. Tidak perlu menjadi yang terbaik untuk orang
lain, tapi jadilah yang terbaik untuk dirimu sendiri dulu.
Dan besok
adalah hari penentuan dari nilai-nilai gue. Apakah nilai rata-rata gue akan
menurun dan tergeser oleh yang lain? Semoga saja begitu. Amin.
Selasa, 07 Agustus 2012
Naskah Drama "Si Kancil"
Si Kancil
Tokoh :
-
Kancil : cerdas namun
licik
-
Petani : suka bercocok
tanam, pemarah
-
Monyet : mudah ditipu,
polos
-
Orang-orangan sawah :
setia kepada petani, jujur
-
Kambing : tidak mudah
tertipu
Suatu
hari di sebuah ladang yang subur, hidup seorang petani yang sangat suka dan
menyayangi semua tanaman yang ia tanam. Setiap hari ia selalu merawat dan
menyirami semua tanamannya. Tidak lupa ia memupuk tanamannya setiap minggu agar
semua tumbuhan, baik sayuran atau buah-buahan dapat ternutrisi dan tumbuh
dengan baik.
Petani : “ Sayuran dan buah-buahanku lekaslah
kalian tumbuh subur. Jangan mengecewakanku ya.” (sambil menyiram tanaman)
Setiap
hari petani selalu memeriksa semua sayuran dan buah-buahan yang ada diladang,
jika ada yang tidak beres maka ia akan cepat-cepat membereskannya.
Sayuran
dan buah-buahan yang ditanam petani pun tumbuh subur, petani hanya tinggal
menunggu saat panen tiba.
Namun,
dibalikan kesenangan petani… tersimpan kesengsaraan di luar ladang. Ternyata di
luar ladang tidak banyak sayuran dan buah-buahan bisa tumbuh. Ini dikarenakan
limbah dari pupuk yang digunakan oleh petani. Hewan – hewan di luar ladang pun
banyak yang kelaparan, salah satunya Kancil dan teman-temannya.
Di
balik semak-semak kancil dan teman-temannya mengintip ke arah ladang petani
yang ditumbuhi sayuran dan buah-buahan dengan subur. Semua yang ada di ladang
terlihat nikmat sekali. Apalagi kancil dan teman-temannya memang sudah
kelaparan, sudah dua hari mereka tidak makan. Dengan melihat semua sayuran dan
buah-buahan yang ada diladang, kancil pun memiliki ide bagus.
Kancil :
“Lihat itu, ada banyak makanan di sana. Wow menggoda sekali. Pasti rasanya
sangat enak.” (sambil menjilat-jilat bibirnya) “Aku harus mendapatkannya !”
Kambing : “Bagaimana caranya ncil?”
Kancil :
“Itu soal mudah, hanya tinggal mengambil. Kita ngambilnya pas malem. Kan si
Petani udah tidur tuh terus di ladang engga ada yang jaga.”
Monyet :
“Tapi kan ada yang jaga. (sambil menunjuk) Tuh si Orang-orangan sawah.”
Kancil :
“Tenang aja kali, si Orang-orangan sawah kan ga bisa ngejar kita. Kalo dia
berani macem-macem tinggal kita sambit aja.”
Si
kancil pun mulai mempersiapkan semuanya, dari mulai cara agar ia bisa masuk ke
ladang dengan aman dan peralatan apa saja yang akan dia bawa.
Si
kancil pun mendapatkan ide bagus. Segera saja ia menyiapkan peralatannya juga.
Dengan
membawa peralatan yang telah kancil siapkan, ia pun masuk mengendap-ngendap
menuju ladang petani. Dari balik pohon ia melihat kalau orang-orangan sawah
sudah terlihat mengantuk. Perlahan tapi pasti kancil pun berhasil masuk ke
dalam ladang. Ia bisa memasuki ladang dengan mudah karena si orang – orangan
sawah sudah tertidur. Kancil pun mengambil banyak sayuran dan buah-buahan dari
ladang petani.
Pagi
harinya kancil memberikan makanan yang ia dapat dari ladang petani kepada
teman-temannya.
Kancil :
“liat nih, aku dapat banyak makanan.”(sambil memamerkan kantong yang penuh
makanan)
Kambing :
“ kok bisa?”
Kancil :
“Bisa dong, gue gitu loh, emangnya elu!” (kancil meremehkan si kambing)
Kancil
pun membagi makanan kepada si kambing, lalu datanglah si Monyet.
Monyet :
“wah makan enak nih ! Eh kok gue ga dibagi sih?”
Kancil :
“pengen banget dibagi ya? Hahaha”(kancil tertawa)
Monyet :
(dengan muka kesal) “gila lu, gitu banget sama gue.”
Kancil :
“yaelah gitu aja ngambek, nih gue bagi.” (sambil menyodorkan kantong berisi
makanan)
Sementara
di ladang, semuanya terlihat kacau. Banyak sayuran yang terinjak-injak dan
buah-buahan yang hilang dari pohonnya.
Orang-orangan
sawah : (kaget saat membuka matanya)
“ada apa ini? Oh tidak ! sayuranku apa yang terjadi? (lalu melihat ke arah
pohon) buah-buahannya juga tidak ada. (semakin panik) Matilah aku! (sambil
menepuk jidat)
Petani
berjalan tenang dan santai menuju ke ladang. Namun sesampainya di ladang, ia
kaget bukan main. Keadaan ladangnya sungguh kacau.
Petani : (dengan wajah kaget) “Ya ampun…ya
ampun (sambil menutup kedua mata dengan telapak tangannya untuk memastikan
kalau ia salah lihat. Kemudian ia kembali membuka matanya namun apa yang
dilihatnya tetap sama, kacau.)
Petani
tak percaya dengan apa yang dilihatnya, kemudian ia menuduh orang-orangan sawah
yang telah melakukannya.
Petani :
(menunjuk orang-orangan sawah) “heh kamu, pasti ini perbuatanmu ya? Tega benar
engkau ! tak habis pikir aku, baru saja ku berikan kau baju baru tapi inikah
BALASANMUUU ! (mulai berteriak)
Orang-orangan
sawah : (ketakutan) “a…a…am..mpun
petani. Bukan aku yang melakukannya. Aku tidak mungkin melakukan ini.”
Petani :
“ALASAN SAJA KAU INI !(membentak orang-orangan sawah)
Karena
tak tahan melihat keadaan yang kacau ini, petani pun bergegas meninggal ladang
untuk mengambil peralatan untuk memperbaiki ladangnya yang rusak.
Sementara
si orang-orangan sawah merasa bersalah sebab ia ceroboh. Kalau saja ia tidak
tidur ia pasti bisa mengetahui pelaku perusakan ini. Orang- orangan sawah pun
bertekad tidak akan tidur malam ini. Ia penasaran.
Ditempatnya,
kancil kembali mempersiapkan peralatan untuk nanti malam. Semuanya telah siap,
ia siap menjalankan aksinya.
Kancil : “On the way to ladang, semoga aja si
orang-orangan sawah ketiduran lagi.(sambil tertawa)
Diluar
dugaan, ternyata si orang-orangan sawah malam ini begadang. Kancil yang sudah
tertangkap basah tidak mungkin menghindar lagi.
Orang-orangan
sawah : (menunjuk kancil) “nah ketauan
ya, elu kan yang kemaren nyolong? Ngaku lu!”
Kancil :
“lu pikir gue takut?!”
Orang-orangan
sawah : “gue bilangin petani ya lu!”
Kancil :
“bilangin aja sono, gue ga takut !” (kancil melanjutkan aksinya mencuri sayur
dan buah)
Di
pagi harinya, saat petani baru memasuki ladang, si Orang-orangan sawah sudah
memanggil manggil namanya. Orang-orangan sawah ingin memberitahu petani tentang
kejadian yang semalam.
Orang-orangan
sawah : “PETANIIII…HEY PETANI…”
Petani : “ada apa manggil-manggil? Mau udah
mau ngaku sekarang?”
Orang-orangan
sawah : “ada yang ingin ku beritahukan
kepadamu”
Orang-orangan
sawah pun menceritakan kejadian semalam.
Petani : (sambil mengangguk-anggukan kepala)
“rupanya begitu ya…”
Petani
pun mulai mencari ide, ia pun menemukan ide bagus.
Segera
saja ia menyiapkan perangkat.
Dan
ketika malam tiba, Orang-orangan sawah pura-pura tertidur agar si kancil tidak curiga
dan tetap tidak waspada saat memasuki ladang.
Orang-orangan
sawah : (dalam hati) kena kau !
Kancil
: (kaget,
tangannya tiba-tiba terikat tali) apa ini?? Tanganku…tanganku. Tolong…tolong…!!
Kancil
memutar otak memikirkan cara untuk bisa melepaskan perangkap. Namun usahanya
sia-sia. Sementara Orang-orangan sawah tertawa dalam hati, ia tidak sabar
menunggu hari esok.
Esok
paginya, petani datang dan menemukan kancil sedang tertidur dengan tali terikat
ditangannya.
Orang-orangan
sawah : (berteriak) “PETANIII…PETANIII…
pelakunya sudah tertangkap.”
Petani : “benarkah? (memandang curiga kearah
Orang-orangan sawah, petani masih menuduh Orang-orangan sawah).
Orang-orangan
sawah : “bukan aku pelakunya, lihat itu
(menunjuk kancil), si kancil itulah pelakunya.”
Petani : “kancil? Bagaimana bisa kancil masuk
ke ladangku? Apa engkau tidak menjaga ladangku? (petani tetap marah).
Petani
mendatangi kancil yang sedang tertidur dan langsung membentaknya.
Petani :
“cepat bangun!!”
Kancil : (masih celingak-celinguk)
Petani :
“bangun atau ku bunuh sekarang juga!”
Kancil : (sudah sadar) “aa..aampun petani,
lepaskan aku, aku tidak akan mengulanginya lagi.”
Petani : “kau pikir aku bodoh? Aku tak akan
melepasmu. (melihat-lihat tubuh kancil) badanmu lumayan berisi, pasti enak
untuk dijadikan makan malamku.”
Kancil : “jangan petani.. aku tidak siap.
(memikirkan ide) badanku masih terlalu kurus jika engkau memang mau mengambil
dagingku. Beri aku waktu seminggu untuk mengemukan badanku.”
petani : “aku tidak akan tertipu olehmu, bagaimana bisa badanmu akan menjadi gemuk dalam seminggu, kau pasti bohong, yang ada dalam seminggu ke depan engkau akan bertambah kurus.”
kancil : “tidak akan petani, tentu jika kau memberiku makanan bergizi.”
petani : “aku tidak akan tertipu olehmu, bagaimana bisa badanmu akan menjadi gemuk dalam seminggu, kau pasti bohong, yang ada dalam seminggu ke depan engkau akan bertambah kurus.”
kancil : “tidak akan petani, tentu jika kau memberiku makanan bergizi.”
Petani :
“seminggu memberimu makanan gratis enak saja!”
Kanci l :
“kalau begitu, beri aku waktu 5 hari, bagaimana?”
Petani :
“ tidak bisa, sore ini juga akan ku potong.”
Kancil : “ku mohon petani, beri aku waktu
lebih lama.”
Petani :
(berpikir sejenak) “baiklah dua hari. Dimulai dari hari ini.”
Petani
kemudian langsung pergi meninggalkan ladang, sebelum pergi petani memberikan
kancil makanan dan meminta maaf kepada Orang-orangan sawah. Walau masih sakit
hati tapi orang-orangan sawah memaafkan petani.
Ditempat
lain, kancil belum memakan makanannya, ia memikirkan cara untuk bisa lepas dari
perangkap si petani. Lalu tiba – tiba lewatlah si kambing.
Kancil :”Mbing…Kambing … sini deh?”
Kambing : (sambil menengok ke kanan dan ke kiri)
“suara apa itu? jangan-jangan hantu . iiii serem. Kabur ah!”
Kancil : “eh mbing tunggu, ini gue kancil !”
Kambing : (menengok ke arah kancil) “rupanya elu
ncil, gue kira suara siapa, bikin takut gue aja. Eh tapi lu ngapain disini?”
Kancil : “gini mbing...gue dapet tawaran dari
si petani buat jagain ini ladang, katanya buat gantiin Orang-orangan sawah.
Jadi sekarang gue lagi training dulu mbing. Nah si petani ternyata masih
kekurangan penjaga nih mbing, lu mau ga jadi penjaga juga? Enak loh mbing
disini, banyak makanan, nih liat makanan gue aja banyak. Tapi gue ga sanggup
makan udah kenyang. Gimana mbing mau ga?”
Kambing : “gue curiga nih... masa ia ditraining
sambil diiket tangannya. Bohong ya lu? Ah udahlah gue ada perlu, bye bye
kancil!” (langsung berlari menjauhi si kancil)
Kancil : “gagal deh gue”
Hari
pertama sudah berlalu, sekarang sudah memasuki hari kedua. Kancil semakin
cemas, ia takut juga kalau sampai ia dipotong. Namun tiba-tiba muncullah
secercah harapan. Si monyet sedang jalan-jalan dan dia melewati si kancil.
Kancil : “sssttt... sssttt... monyet... monyet
!”
Monyet : (mencari sumber suara yang
memanggilnya) “suara apa itu? Jangan-jangan...”
Kancil : “disini...disini...ini gue kancil”
Monyet : (menghampiri kancil) “ elu toh, gue
kira siapa? Lu lagi ngapain disini?”
Kancil : “gue lagi di training nih sama
petani.”
Monyet : “kok bisa ?”
Kancil : “bisa dong. Gue gitu loh. Eh gue kan
lagi ditraining buat gantiin si orang-orangan sawah nih, nah si petani lagi
kekurangan penjaga. Lu mau ga? Di sini enak loh, tiap hari dapet makan enak,
gratis !”
Monyet : “hmmm.. boleh tuh.”
Kancil : “kalo gitu sini, sekarang masukin
dulu tangan lu ke sini, gue mau ijin ke toilet sebentar, lu disini dulu ya.”
Monyet : “oke boss.”
Kesempatan
ini pun tak disia-siakan si kancil untuk kabur. Dengan cepat ia melarikan diri, meninggalkan si
monyet seorang diri disana.
Seminggu
setelah peristiwa itu pun berlalu... kancil iseng berjalan-jalan di sekitar
ladang. Ia kaget bukan kepalang saat menemukan monyet masih tetap hidup, bahkan
badan si monyet bertambah gemuk sekarang, mukanya juga bahagia. Ada apa
sebenarnya?
Kancil : (memandang si monyet) “hey kawan...
apa kabar? Sudah lama tidak bertemu.”
Monyet : “eh elu ncil, kabar gue baik. Emang lu
ga ngeliat nih muka gue bahagia banget. Kabar lu gimana? Makin kurus aja sekarang.”
Kancil : “kabar gue biasa aja.”
Monyet : “kemarenan lu tega banget ya sama gue,
untung gue ga jadi dibunuh .”
Kancil : (merasa tidak enak) “maaf in gue
nyet, abisan gue juga takut.”
Monyet : “untung aja gue ga jadi dibunuh, petani
suka sama tingkah gue katanya sayang kalo gue dibunuh jadi gue dipelihara deh
sama petani. Liat nih badan gue , sehat kan? Makasih banget ya ncil, berkat lu
hidup gue jadi bahagia.”
Kancil : (berpikir sejenak, heran) “loh kok
bisa ya?”
Monyet : “gue juga awalnya heran, gue tanya
kenapa si petani akhirnya ga jadi ngebunuh gue, terus dia bilang karena gue
rajin senyum ncil”
Kancil : (kembali berpikir) “masa sih?”
Monyet : “beneran ncil, elu waktu disini sering
cemberut mulu kan? Makanya si petani bawaannya pengen buru motong elu ncil.
Kalo gue jadi elu, gue nyesel dah, nyia-nyian kesempatan bagus. Bayangin aja
ncil, disini asal lu rajin senyum, makanan udah disediain, ga perlu susah-susah
nyari ke sana ke mari.”
Kancil : (mulai tertarik) “wah enak tuh
kayaknya?”
Monyet : “emang beneran enak ncil, tapi sayang
petani ga lagi ngebutuhin tambahan.”
Kancil : (menyesal) “sayang banget.”
Monyet : (dengan muka datar) “salah sendiri.”
Kancil : “eh nyet, elu ga bosen apa tinggal
disini mulu?”
Monyet : (menggeleng) “sama sekali engga, disini kan enak.”
Monyet : (menggeleng) “sama sekali engga, disini kan enak.”
Kancil : (merayu) “lu ga kangen sama
temen-temen lu, kasian tuh si kambing ga punya temen.”
Monyet : “kangen sih, udah lama gue ga ketemu,
tapi...kalo sampe ketauan gue ga ada disini nanti gue ga boleh lagi kesini.”
(Sedih)
Kancil : “tenang aja, gue bisa gantiin lu
kok.”
Monyet : “ah engga ah, ntar malah elu lagi yang
jadi hewan piaraan.”
Kancil : “nah makanya lu perginya jangan
lama-lama.”
Monyet : (mikir) “hmmm...”
Kancil : “duh lama nih , udah sini talinya,
biar gue yang sementara gantiin.”
Monyet : “bener nih ncil?” (memberikan talinya
kepada kancil)
Lepaslah
tali perangkap itu dari si monyet. Setelah memastikan kancil benar-benar
terikat dengan tali. Si monyet pun segera memanggil petani.
Monyet : “PETANII..PETANI... kancil sudah kembali.
Aku bebas. Horeee.”
Petani : “mana si kancil ?”
Monyet : (menunjuk ke arah kancil) “itu. Tertipu
kau kancil. Hahha.”
Kancil : (bingung) “ada apa ini?”
Petani : “kena kau kancil ! aku
sudah lama menunggumu!”
Kancil : (tetap tersenyum, mengikuti saran si
monyet)
Petani : (mengeluarkan golok)
“habislah engkau sekarang”
Kancil : “loh..loh?”
Petani : (mengarahkan golok ke
kancil)
Si
kancil pun tewas.
Amanat dari cerita ini
adalah janganlah kita menanam sifat buruk karena akan membuahkan yang buruk juga.
Sekian Dan Terima Kasih
Langganan:
Postingan (Atom)